Sedikit
pandangan dari sudut yang berbeda. Orang bilang, mahasiswa adalah agen
perubahan, atau mungkin lebih sering kita dengar “Agent of Change”.
Setujukah..?
Saya
sendiri sebagai seorang mahasiswa merasa ada yang janggal dengan predikat itu.
Menurut saya pribadi, agen perubahan bukan hanya ada di pundak-pundak si mahasiswa, tetapi di setiap insan
yang mengaku mencintai, ingin membela dan ingin membangun ibu pertiwi ini.
Mungkin
“Agen Perubahan” yang dipercayakan kepada mahasiswa bukan hanya sebuah predikat
semata, melainkan ada harapan besar yang tersimpan didalamnya. Harapan untuk
perubahan negeri yang semakin “tak terarah” ini. iya, tak terarah. Ini terlihat
dari konstitusi yang semakin “dijauhi” oleh para pengayom negeri.
Mahasiswa
mungkin tak banyak menyadari bahwa mereka menjadi tumpuan ‘kebangkitan’ yang
diharapkan negeri ini. terbukti perubahan yang mereka ciptakan tak hanya
memiliki satu sisi saja, positif. Ada sisi lain yang terlihat lebih banyak
‘menggoda’ mahasiswa untuk disinggahi. Berdasarkan tinjauan saya, mahasiswa
lebih dikenal sebagai ‘penyuara’. Ya, penyuara isi-isi kepala mereka. saya
pribadi sebagai mahasiswa memandang ini sebagai kewajaran selama yang
disuarakan adalah pembelaan terhadap yang benar, mungkin ini sebuah sikap
antisipatif terhadap ke’dzalim’an stadium lanjut. Namun masih saja ada
oknum-oknum yang berlebihan dalam menyuarakan sikap antisipatif mereka.
Antisipatif tak harus anarkis kan..? saya sendiri sebagai seorang mahasiswa
merasa resah dengan teori anarkisme yang dilambungkan atas nama mahasiswa.
Mengapa harus anarkisme..?
Membaca
tulisan diatas mungkin menimbulkan banyak tanya dalam benak Anda sebagai
pembaca, terutama jika Anda mahasiswa. “Ya karena memang selama ini suara
kami jarang didengar, atau bahkan tidak pernah, maka dari itu kami berbuat
anarkis”. Itu mungkin satu klise alasan seorang mahasiswa menjawab pertanyaan
saya diatas. Lalu bagaimana dengan realita..? bayangkan jika Anda pergi ke
suatu tempat, dan akses yang Anda lalui untuk ke tempat tersebut terhalang oleh
aksi unjuk rasa yang digelar oleh demonstran. Tak lama, sebagian dari Anda
mungkin berfikir, “mahasiswa
mana tuh yang demo..?”. Disini terlihat bahwa demo/unjuk rasa identik
dengan keberadaan mahasiswa di dalamnya. Inikah image yang diharapkan dari seorang agen
perubahan...?
Lantas
bagaimana..? tidak semua kok mahasiswa anarkis..? banyak juga mahasiswa yang
memang ‘lurus-lurus saja’, membawa perubahan untuk negeri ini, jangan hanya
dilihat negatifnya, coba lihat positifnya..
Kalimat
seperti diatas mungkin juga serupa dengan apa yang ada di benak Anda, para
pembaca. Memang benar, banyak mahasiswa yang telah sukses ‘memenuhi janjinya’
sebagai agen perubahan. Tak sedikit dari mereka yang telah memajukan roda
perekonomian dengan inovasi-inovasi yang mereka hadirkan. Siapapun bangga atas
prestasi tersebut. Namun, inilah sesungguhnya masalahnya. Mahasiswa-mahasiswa
yang seperti ini layaknya mutiara yang tertimbun, dan makin tertimbun oleh
gerusan modernisasi. Kemana mereka..? seperti yang saya katakan tadi, banyak
yang tak menyadari bahwa mereka dipercayakan sebagai agen perubahan dan ‘katrol
pembangkit’ negeri ini.
Jumlah
mahasiswa yang “lurus-lurus saja” lebih sedikit, sehingga kurang terlihat jika
dibandingkan dengan mereka -mahasiswa yang anarkis. Tugas kita adalah menjadi
bagian dari yang sedikit itu, walaupun menjadi mahasiswa yang “lurus-lurus
saja” tidaklah mudah.
Marilah
kita mahasiswa – mahasiswi Indonesia, mari kita capai predikat “The Real Agent of Change”,
perubahan ada di tangan kita para pemikir-pemikir muda. Kita tidak hanya
membuat orang tua atau kerabat bangga, tapi semuanya. Ya, semuanya. Mari
majukan negeri yang masih memiliki harapan untuk bangkit ini. betul, negeri ini
masih bisa bangkit.
Mungkin
ini hanya sekedar tulisan, yang bisa saja hanya sekedar “lewat” di mata
dan pikiran pembaca. Ini mungkin hanya sebuah kontribusi kecil yang bisa
saya sumbangkan melalui pemikiran saya, semoga kontribusi kecil ini bisa ikut
menggerakkan nurani para mahasiswa/i untuk negeri yang sama-sama kita cintai
ini.
0 comments:
Posting Komentar